LEBAK, Pelitabanten.com – Jika dalam perjalanan pulang setelah menikmati keindahan alam Curug Picung sebuah lokasi air terjun yang berada di kawasan kampung Sukarasa, desa Sukaresmi, kecamatan Sobang, kabupaten Lebak-Banten. Kita akan diusik oleh aroma-aroma yang tercium menusuk hidung. Seperti yang dialami Juhe dan teman-teman siswa kelas XII SMKN 1 Sobang. “Kayak wangi gula,” kata Juhe, yang berjalan paling depan. “Wangi durian ini mah.” saya menimpali. “Cari saung yang bikin gula, yuk,” Juhe melontarkan ide.
Dan akhirnya sampai juga kami di saung yang memang sedang memasak gula aren. Setelah sebelumnya berbelok dan menanjak mencari saung, keluar dari jalur turun. Jadilah kami berlima, atas kebaikan pak Arha yang ternyata orang tua dari siswa kelas XII SMKN 1 Sobang, nyoletan gula ngora (menimati gula aren yang masih cair). Karena sedang musin buah durian, akan lebih nikmat jika dicampur dengan durian. Dua piring gula aren muda yang dicampur dengan durian menjadi sesuatu yang pertama kali saya rasakan. Di saung. Di tengah hutan. Di bawah rimbun pepohonan. Dengan iringan nyanyian burung. Suara arus air yang ritmis menyejukkan.
Pak Arha, petani yang sedang memasak gula aren dengan sabar menjawab pertanyaan saya yang gak penting. Katanya, beberapa jam sebelum kita datang, gula yang sudah jadi yang siap pakai, sudah dibawa oleh pengepul untuk dijual. Padahal saya ingin sekali mencicipi gula yang sudah jadi yang katanya gula aren dari daerah sini rasanya enak.
“Berapa jam lagi pak biar bisa di cetak?” tanya saya ke pak Arha. “Kira-kira setengah jam lagi,” jawabnya. Seandainya saja mereka mau menunggu setengah jam lagi, rasanya bakalan ada lagi acara kukurut (mengumpulkan sisa-sisa gula aren yang keluar dari alat cetak) yang gak kalah seru dari nyoletan.
Curug Cipicung, harapan saya semoga tetap seperti itu saja. Tidak banyak sampah. Tidak kotor. Tidak ramai. Tak mengapa tak banyak yang tahu keberadaannya. Karena biasanya semakin banyak yang mendatangi semakin banyak sampah yang berserak. Iya, memang tak semua pengunjung adalah perusak alam. Banyak juga dari mereka yang punya hati mulia dengan tidak meninggalkan sampah dan membawa kembali sampahnya. Sebenarnya perkara sampah ada perkara pribadi dan pembiasaan. Kalau pribadinya punya kebiasaan untuk tidak membuang sampah sembarangan, dimanapun dia berada hal itu akan tetap dilakukan.
Ada banyak tempat bagus, keren, dan indah di sekitar kita. Tapi tak jarang kita lebih senang ke tempat yang jauh dengan alasan mungkin lebih nge-hits, lebih terlihat kekinian, lebih terlihat gaul dan sebagainya. Padahal potensi wisata di sekitar adalah aset yang harus dijaga dan dirawat. Tak terkecuali Kecamatan Sobang yang punya banyak tempat keren yang selain harus didatangi juga harus dijaga agar tidak rusak. Jadi, mari jaga alam kita, tempat main kita, dengan cara didak merusaknya. (Ditulis oleh Sidede, Pegiat Literasi Lebak)*