LEBAK, Pelitabanten.com – Virtual Museum merupakan sebuah kanal digital yang menampilkan Museum Multatulisecara online. Secara detail, di dalamnya tidak hanya menampilkan koleksi saja, tapi pengunjung yang mencoba mengakses laman virtual itu dapat menyusuri Museum Multatuli di mana pun berada. Kanal digital tersebut berlamat di https://virtual.museummultatuli.id.
Situasi Pandemi sejak tahun kemarin (2020) membuat Museum Multatuli berpikir, bagaimana cara untuk mengenalkan museum kepada publik serta memberikan pelayanan prima di masa pandemi. Pertanyaan mendasar itu pada akhirnya mengarah pada sebuah ide pembuatan virtual museum.
“Kami mencoba mempelajari apa yang telah dilakukan Museum Nasional, yang sudah membuat virtual sebelum pandemi melanda. Setelah itu kami mencontoh virtual dari Museum Nasional sebagai landasan dasar, dan mencoba membangun berdasarkan kebutuhan ideal Museum Multatuli. Kami sadar tantangan ini adalah untuk memecahkan bagaimana cara untuk memangkas jarak dan meretas waktu,” tutur Kepala Museum Multatuli Ubaidillah Muchtar.
Selain menjawab tantangan pandemi—seperti yang telah dijelaskan di atas—Museum Multatuli, dalam hal ini ide pembuatan virtual museum, ingin mencoba menghidupkan ekosistem pariwisata, pendidikan, dan kebudayaan secara meluas melalui media baru yang memanfaatkan teknologi informasi komunikasi. Selanjutnya, tujuan lain dari pembuatan virtual ini ialah mempromosikan museum secara lebih efektif, efisien, dan keberlanjutan ke semua lapisan masyarakat, baik nasional maupun internasional. Alasan kedua ini tentu saja melihat posisi Museum Multatuli yang membawa tema serius, yakni mengenai anti-kolonialisme.
“Manfaat yang diperoleh ketika dibuatnya virtual Museum ini adalah pengunjung Museum Multatuli tidak perlu datang secara langsung. Ini merupakan sebuah jalan tengah untuk mengikuti peraturan pembatasan sosial ketika pandemi terjadi,” kata Kang Ubai, panggilan akrabnya.
Ketika pada 17 Agustus 2020 kami mengenalkan virtual museum kepada khalayak publik (melalui sosial media: Instagram, Facebook, Twitter), respons masyarakat sangat baik dan antusias. Hal ini terbukti dari traffic/lalu lintas kunjungan virtual. Dari bulan Agustus sampai Desember 2020, setidaknya ada 1.104 kunjungan yang mencoba mengakses laman tersebut, dan ada 695 kunjungan dari rentang Januari hingga Juni 2021 (total 1799). Dari semuanya itu, tidak hanya publik Indonesia saja yang mencoba mengakses, tetapi juga ada dari negara-negara lain seperti Amerika Serikat, Inggris, Kanada, Australia, Prancis, Belanda, dan Denmark.
“Hasil dari data tersebut selaras dengan tujuan Museum Multatuli untuk mempromosikan dirinya ke dunia internasional. Ini adalah buah inovasi museum Multatuli,” imbuhnya.
Wisata virtual Museum Multatuli digagas atas kerjasama Pemerintah Kabupaten Lebak dengan PT Global Tekno Indonesia. Museum Multatuli mencoba melakukan inovasi lebih jauh, yaitu menciptakan program publik—mengadakan Virtual Tour sejak bulan Februari 2021 (sebulan dua kali, total sudah 8 kali) via Zoom. Jadi peserta yang ikut akan dipandu oleh edukator untuk menyusuri ruangan dan diorama yang ada di dalam museum. Tentu saja edukator yang bertugas tidak hanya memandu secara virtual, akan tetapi juga menjelaskan secara detail hal-hal menarik dan koleksi-koleksi yang dimiliki.
“Kami cukup kaget dikarenakan peserta bukan hanya dari region Lebak, beberapa peserta tinggal di wilayah lain seperti Pontianak, Lombok, Bandung, Lampung, dan lainnya,” pungkasnya.