Pelitabanten.com – Meningkat atau menurunnya pertumbuhan ekonomi di Indonesia dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya keterlibatan UMKM. Sesuai dengan UUD 1945 pasal 33 ayat 4, UMKM merupakan bagian dari perekonomian nasional yang berwawasan kemandirian dan memiliki potensi besar untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. UMKM memiliki peran yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi negara.
Berdasarkan data Kementerian Koperasi dan UKM, jumlah UMKM saat ini mencapai 64,19 juta dengan kontribusi terhadap PDB sebesar 61,97% atau senilai 8.573,89 triliun rupiah. Kontribusi UMKM terhadap perekonomian Indonesia meliputi kemampuan menyerap 97% dari total tenaga kerja yang ada serta dapat menghimpun sampai 60,4% dari total investasi.
Tingginya jumlah UMKM di Indonesia tidak terlepas dari berbagai tantangan serta kondisi pandemi Covid-19 yang mendorong perubahan pada pola konsumsi barang dan jasa menjadi momentum untuk mengakselerasi transformasi digital.
Sebagai orang Indonesia tentu pemandangan dan aktivitas kita sehari-hari tak lepas dari berbagai layanan dan barang hasil kreasi pelaku UMKM. Dimulai dengan aktivitas pagi hari ketika sarapan kita mencari bubur atau kue-kue makanan ringan yang dijual UMKM, membeli kebutuhan pokok di warung dekat rumah, sampai menitipkan anak di playgroupterdekat yang juga adalah UMKM. Adapun di era digital saat ini, bahkan ada pula yang tidak memiliki toko serta hanya memasarkan produknya secara online, dan belum memiliki perizinan usaha. Pelaku usaha dengan karakteristik tersebut dapat ditemukan disekitar kita baik itu saudara, tetangga, teman atau kita sendiri. Dari namanya UMKM memang memiliki kepanjangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), namun jangan salah si kecil ini memiliki kontribusi yang sangat besar dan krusial bagi perekonomian kita secara makro.
Produk Indonesia pun punya kualiatas yang sangat bagus. Terbukti dengan banyak produk yang dijual oleh perusahaan perusahaan besar yang tertarik pada produk indonesia
Pernah mendengar globalisasi ekonomi? Kegiatan ekonomi dan perdagangan secara global antara negara satu dengan negara lainnya yang tidak terikat dalam suatu batasan atau biasa dikenal perdagangan bebas. Globalisasi ekonomi saat ini sedang berlangsung di Indonesia dan memiliki dampak positif dan juga negatif bagi perekonomian. Dampak positifnya tentu karena terbukanya pasar internasional, kesempatan kerja akan lebih terbuka dan devisa negara pun akan ikut meningkat. Namun, dampak negatif dari globalisasi ini adalah terhapusnya rasa cinta terhadap produk dalam negeri yang memengaruhi gaya hidup masyarakat Indonesia.
Lembaga Layanan Pemasaran Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (LLP-KUKM) Kementerian Koperasi dan UKM menilai bahwa saat ini masyarakat Indonesia belum menunjukkan dukungannya terhadap produk lokal, terutama UMKM. Bahkan, kebanyakan dari mereka lebih memilih produk luar negeri dibanding produk lokal. Pernahkah Anda tahu apa penyebabnya?
- Produk dengan Kualitas Rendah
Banyak dari konsumen Indonesia tidak memilih produk dalam negeri dengan alasan produk lokal memiliki kualitas yang rendah dengan harga yang cukup tinggi. Namun, dengan memilih produk luar, mereka mendapatkan produk dengan kualitas tinggi dengan harga yang sebanding.
- Kemasan yang Kurang Menarik
Kemasan adalah salah satu hal yang dapat menarik daya beli konsumen. Produk luar negeri biasanya akan mengeluarkan biaya yang cukup besar untuk mengemas produknya dengan manis dan biaya tersebut biasanya lebih besar dibanding biaya untuk produknya sendiri. Dan sebaliknya, bisnis lokal akan memilih untuk mengurangi tampilan manis pada kemasan produknya dengan alasan untuk menekan harga produknya agar tidak terlalu mahal jika dibandingkan dengan produk luar.
- Kurangnya Inovasi Produk
Produk luar negeri biasanya akan memberikan inovasi baru untuk menarik pelanggannya sedangkan bisnis lokal biasanya akan meniru inovasi dari produk luar, khususnya produk yang berhubungan dengan fashion. Hal ini yang membuat masyarakat Indonesia lebih tertarik dan memilih produk luar negeri.
Dengan kata lain jika mempunyai kemampuan komunikasi bahasa Inggris yang baik, maka peluang produk merambah pasar internasional juga makin terbuka. Para pelaku UMKM yang ingin produknya go international, harus membenahi diri dengan menambah kemampuan agar berkualitas, salah satunya dengan bisa berbahasa Inggris. Peningkatan kemampuan bahasa Inggris seyogyanya bisa terus ditingkatkan dengan pelatihan berkelanjutan tidak hanya sebatas materi jual beli tapi juga bisa meluas berbagai materi yang berkaitan dengan labelling, product composition, maupun berkaitan dengan eskpor dan impor,seperti menulis surat penawaran produk UMK, menulis surat bisnis, shipping, dan fowarding.
Tidak dapat dipungkiri bahwa peran bahasa Inggris sangat penting untuk mengembangkan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Melalui perbincangan dengan pihak Panguyuban Pengusaha Kecil dan Menengah (PPKM) Kabupaten Bandung, bahwa sedemikian penting Bahasa Inggris dalam mengembangkan usaha para pelaku UKM karena para pelaku UKM dituntut berjualan secara online, yang terkadang mereka bertemu dengan pembeli dari luar negeri. Jadi para pelaku UKM harus siap untuk itu. Di era digital, dimana sudah tidak ada lagi batas wilayah, maka penguasaan Bahasa Inggris menjadi suatu keniscayaan. Apalagi untuk para pebisnis seperti UKM menguasai Bahasa Inggris menjadi hal yang penting.
Sebagai langkah kontinuitas kegiatan pengembangan sumber daya, telah dilaksanakan kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (Abdimas) pada hari Sabtu, tanggal 30 Maret 2019 yang merupakan lanjutan dari kegiatan sebelumnya yang telah diselenggarakan pada tanggal 5 Mei 2018 dengan tema Pendampingan Persiapan Internasionalisasi pada UMKM Komunitas Digital Kecamatan Pameungpeuk Kabupaten Bandung.
Bila sebelumnya, program pendampingan lebih ditekankan pada pengenalan mengenai potensi industri kreatif di kancah internasional, bahasa iklan, serta mendeskripsikan produk dalam bahasa Inggris, maka pada Abdimas kali ini, dua topik telah disajikan yaitu (1) Pengenalan Pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (Introduction to Small and Medium Enterprise Development); dan (2) Bahasa Inggris Efektif untuk Memasarkan Produk secara Global (Effective Business English for Marketing Products Globally).
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pelatihan bahasa inggris sangat berdampak bagi pelaku UMKM karena produk Indonesia tidak kalah kualitasnya dengan prdoduk luar negri dan produk indonesia punya daya tarik sendiri dibanding produk luar negri, tapi orang Indonesia hanya tidak bisa menyampaikan atau mempromosikan dengan baik karena itulah pelatihan bahasa inggris sangat diperlukan.
Penulis: Fadil Darmawan (Mahasiswa jurusan Sastra Inggris Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta)